Pagi,
Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 06.00, aku masih saja terlelap. Meski
sebenarnya hari itu aku harus segera pergi ke sekolah karena ada ulangan. Tapi
tetap saja aku tak bisa melawan godaan kantuk yang begitu dahsyat. Sebenarnya
itu karena tadi malam aku menonton pertandingan bola tim kesayanganku.
Sayangnya timku kalah tadi malam. Tidak bisa kubayangkan apa yang akan
dilakukan oleh teman-temanku besok. Jujur saja, aku hanya satu-satunya fans tim
itu di sekolah, dan kebetulan, tim itu juga dibenci oleh fans tim bola lain.
Yah, akhirnya jadi bulan-bulanan tertawaan disekolah, itulah pikirku.
Sementara
itu waktu sudah menunjukkan pukul 06.15. Disaat aku masih terlelap, tiba-tiba
aku diguyur dengan air dan dipukul. Ternyata Ibu membangunkanku. “Oi Di
Bangun!!! Sudah jam enam ini” teriak Ibu. Sontak, aku pun langsung bangun dan
segera merapikan tempat tidurku yang basah karena diguyur air. Wajah ibu yang
marah karena membangunkanku itu benar-benar membuatku takut. Langsung aku kabur
ke bawah sambil membawa handuk, untuk menghindari ceramah ibuku. Namun sialnya
ketika di tangga, aku tersandung bola basket yang ada di sana. Lalu aku pun
jatuh terguling ke bawah. Beruntung, hanya kakiku yang terkilir, akupun lalu
melanjutkan perjalanan ke Kamar mandi meski kakiku sakit. Bagiku sakit kaki
lebih baik daripada mendengar Amarah Ibu.
Setelah
Mandi akupun langsung ke kamarku dengan berhati-hati melewati tangga agar tidak
terjatuh. Sayangnya, meski aku bisa melewati ‘rintangan basket’, aku tidak bisa
melewati ‘rintangan kemarahan Ibu’, Alhasil aku pun diceramahi sekitar 5 menit.
Waktupun menunjukkan Jam 06.25, aku segera makan dan pergi ke sekolah, Daripada
di rumah dimarahi, mungkin ada baiknya aku pergi ke sekolah, pikirku.
Sebenarnya
jarak dari rumahku ke sekolah tidak begitu jauh. Tapi, aku memang pada dasarnya
tidak berniat datang ke sekolah hari itu. Akupun berjalan dengan perlahan ke
sekolah, sambil memperhatikan jam dan sesekali melirik kearah simpang, karena
biasanya jam segini banyak preman yang sudah mulai mencari target. Aku sih
berharap agar tidak dipalak hari ini. Dan untungnya do’a ku itu terkabulkan.
tepat setelah melewati simpang tersebut barulah preman itu mangkir disana.
Akupun
melanjutkan perjalanan ke sekolah, setibanya di dekat sekolah, aku sedikit
heran kenapa gerbangnya masih buka. Padahal sudah 30 menit aku berjalan,
biasanya kalau jam segini sudah jelas telat, pikirku. Lalu aku masuk ke dalam
sekolah dan ketika kulihat jam sekolah dan kubandingkan ternyata jam ku lebih
cepat 10 menit, pantas saja rasanya preman itu lambat sekali mangkir disana,
Ucapku dalam hati. Yah mo bagaiman lagi karena sudah hampir jam 07.00 , akupun
terpaksa masuk daripada dicatat cabut, yang lebih parah kasusnya kalau dibawa
ke BK daripada telat.
Oh
iya aku Lupa ngenalin diri. Oke, nama Ku Adi Edwika, Kelas 1 SMA, Semua
pelajaran rata-rata aku dapat nilai yang lumayan kecuali Matematika sama
Olahraga. Untuk pacar tidak ada,Tepatnya belum pernah pacran di saat
teman-teman aku hamier semuanya udah punya mantan, aku Cuma bias ngenes doing.
Welel sekian dulu intermezonya.Balik lagi ke jalan cerita.
Akupun
segera masuk ke kelas. Sesampainya di kelas, ketika akan masuk aku merasa
sepertinya semua yang ada dikelas sudah bersiap menungguku. Alasannya sudah
jelas, aku kalah taruhan dengan mereka. “
“Di, Gimana kabar loe”
Ujar Andik, Teman aku.
Sebenarnya aku tau
maksud dari perkataan itu, tapi aku cuek saja. Biarlah mereka sendiri yang
mengatakan maksudnya itu.
“Aman” Ucapku dengan
nada agak cuek.
“Kok Gitu sih
jawabannya? Oiya tadi malam gimana hasilnya ?” Jawab Andik dengan nada sinis.
Akupun menjawabnya
dengan santai kalau tim nya kalah dengan skor tipis tadi malam. Dan merekapun
menertawakanku, sembari mengejek.
“Jadi kita apain nih
anak” Kata Dodi, temanku yang lain.
“Suruh aja dia nembak
cewek, nembak si Rika aja” Kata Andik.
“Haha, mantap tuh
gimana semuanya?” Kata Dodi.
Sontak semuanya
mengtakan setuju. Aku memang bodoh mau ikut taruhan hanya karena emosi, timku
di ejek terus. Alhasil beginilah yang terjadi. Mungkin ini jadi pelajaran
untukku agar tidak bertaruh lagi. Selain karena faktor keberuntunganku yang
kurang, aku juga tidak percaya diri akan kemenangan. Mungkin lebih tepatnya aku
ini pesimis.
“Oke, Di, pulang
sekolah loe, tembak si Rika. Katain sejujurnya lo emang cinta ama dia. Tapi,
jangan sampai tau dia kalau kamu Cuma boongan ya” Kata Dodi.
Meski berat hati, aku
terpaksa mengikuti keinginan mereka, toh ini juga salahku karena sudah sombong.
Aku pun harus rela ‘menembak’ Rika.
Sebenarnya Rika itu
tidak juga buruk, dia lumayan cantik. Hanya saja dia agak tomboy dan sering
berkata kasar sehingga itulah yang membuat orang tidak mau berpacaran dengan
dia. Bahkan, ada yang mendapat ‘bogem mentah’ Rika ketika menembak dia. Mungkin
kalau aku menembak dia aku ditendang oleh Rika. Betapa tidak, wajahku bisa
dibilang tidak memenuhi standar alias jelek. Aku juga bukan orang yang kaya dan
juga pandai.
Tidak bisa kubayangkan
apa yang akan Rika lakukan kepadaku nanti, jika aku menembaknya. Mungkin saja
dia akan membuatku cedera berbulan-bulan atau mungkin saja dia akan
menjatuhkanku dari lantai 4 sekolah dan aku akhirnya menjadi hantu penasaran.
Yah, Segala hal yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin, kalau kita kaji ulang
dengan baik-baik. Tapi bukan itu yang akan aku bahas. Tapi bagaimana caranya
agar aku bisa menghindari masalah ini.
Sayangnya memasuki jam
isitirahat aku masih belum juga menemukan ide yang tepat untuk mengakali hal
ini.
“Woi, bisa kesambek kau
kalau masih juga bermenung, Di.”. Sahut Andik
“Lagi menungin apa kau?
Jangan-jangan taruhan itu, udah aja lah, tembak aja dia, gitu aja kok repot “
Kata Dodi.
Aku diam saja, daripada
memperkeruh suasana. Tapi, tidak salah juga mereka bilang begitu, aku memang
memikirkan bagaimana caranya untuk menghadapi Rika. Apa aku harus memohon pada
dia agar tidak di tendang atau aku terima saja bogem mentahnya itu.
Waktu yang di tidak
ingin terjadi akhirnya datang juga, Jam terakhir dan bel Berbunyi. Akhirnya aku
keluar kelas dan harus bersiap-siap untuk ‘menyatakan’ cinta palsuku kepadanya.
Ketika Rika keluar aku
pun menghampirinya dan berkata. “Anu, Rika kamu ada keperluan gak sore ini?”.
Rika diam sebentar, lalu dia berkata “Ada urusan apa? Kenapa lo manggil gue?”
Kata Rika dengan nada agak sedikit keras.
Aku pun jadi takut,
tidak tau apa yang akan aku jawab, aku langsung kikuk dan benar-benar slah
tingkah. “a…anu…. Itu…….”kata ku. Rika menghela nafas, lalu berkata “Yah, sudahlah kalau memang ada yang mau
dikatakan nanti aku tunggu jam 04.00 di Cafetaria”. Aku terkejut, gawat
sepertinya malah jadi runyam masalahnya. Bayangkan saja kalau aku datang ke
sana, dan menyatakannya aku akan di hajar di depan orang banyak, tapi kalau
tidak datang aku bisa dibunuh keesokan harinya. Seperti memakan buah
simalakama, serba salah semuanya.
“Ah, baik nanti jam
04.00 aku akan ke sana.” Kata Aku kepada Rika. Mungkin lebih baik aku pergi
saja ke kafetaria itu, daripada nanti dibunuh keesokan harinya. Dan
teman-temanku sudah tertawa meliha tingkahku
Ketika waktu
menunjukkan jam 04.00 aku tiba disana, Lalu aku pun mencari Rika .Ternyata,
setelah kucari Rika belum datang juga, aku pun menunggu disana. Setengah jam
berlalu masih ku tunggu, 1 jam berlalu masih kutunggu, tapi ketika 1 setengah
jam akupun mulai kehilangan kesabaran, lalu tiba sms, “Maaf Di, mungkin aku agak
telat tiba, kalau kamu mau pulang juga gapapa”.
Aneh pikirku
jarang-jarang ada orang sekeras Rika mau meninggalkan pesan seperti ini. Yah
aku pikir aku mungkin bisa menunggu dan aku membalas smsnya dengan mengatakan
aku akan menunggu, tepat jam 05.15 akhirnya Rika datang.
Tidak seperti yang
kukira kalau Rika akan memakai baju cuek, ternyata Rika memakai Baju yang lucu
dan terlihat cantik. Aku tertegun melihat betapa cantiknya Rika. Bahkan akupun
sempat berpikir” wah aku ternyata disukainya “. Namun aku segara menampik hal
itu, Fakta wajahku yang pas-pasan, tidak punya spesialisasi dalam hal apapun,
membuatku sadar kalau itu hanya khayalanku saja.
Rika menuju mejaku
duduk, aku hanya tertegun malu, ternyata aku salah mengira dia.
“Di, maaf ya membuatku
lama menunggu” Kata Rika.
“Ah, Tidak apa-apa, aku
juga baru sebentar ini datang….”. Ujarku, aku sedikit bingung,
“Hmm, Maaf ya Dik,
keknya aku gak bisa lama-lama, jadi apa yang mo dibicarain”
“Aku Suka sama kamu
Rika.” Pikirku.
Ternyata memang ga
semudah yang kupikir untuk mengucapkannnya. Aku benar-benar gugup. Apa aku akan
merusak Momen yang jarang terjadi ini?
Baiklah sudah
kuputuskan aku akan menytakannya, tapi aku mengajak dia ngobrol dulu.
“Anu, ini mengenai
sekolah, tadi waktu pelajaran matematika aku gak terlalu perhatiinnya, jadi aku
mau minta tolong mengenai itu.” Kataku. Dasar bodoh aku mana ada yang
menyanyakan hal itu di kafetaria seperti ini, apalagi cewek yang lo minta udah
dandan kek gitu.
Rika tampaknya seperti
menghela nafas ”Memangnya mana yang kamu tidak mengerti?” Ujarnya. Untung saja
aku membawa buku matematika. Lalu Rika menunjukkan jalannya dan memecahkannya.
Rika memang anak yang pintar.
Setelah itu dia
memberikan aku juga cara mudah untuk mengerjakannya. Luar biasa, pikirku
ternyata dia memang anak pintar.
Waktupun menunjukkan
pukul 05.45, tampaknya Rika benar-benar ada perlu.
“maaf ya Di, aku mau
pergi dulu”Katanya.
Gawat, pikirku. Kalau
aku tetap juga tidak ‘menembak dia’ bisa-bisa aku akan diberi hukuman yang jauh
berbahaya. Aku harus menyataknnya sekarang juga.
Aku memegang tangan Rika
seraya berkata “Rika, Tunggu”.
Dia tampaknya terkejut
ketika aku memegang tangannya. Tapi aku lanjut saja, dengan berbekal pernah
menonton film romantis FTV di TV yang kutonton bersama adik, aku lanjutkan
Intonasi penyataan cinta ini.
“Anu, aku….aku… aku
sebenarnya suka padamu” Ujarku dengan suara keras, sehingga tedengar hampir ke
seluruh penjuru Kafetaria.
Bodohnya aku, aku lupa
apa yang pernah dilakukannya kepada orang-orang yang pernah nembak dia. Aku
tertegun dan perlahan melihat wajhnya. Rika tampak malu bercampur marah. Dan
tampaknya dia akan melakukan seuatu.
“Apaan sih!!!!” Katanya
sambil meninjuku dan menendangku. Lalu dia pergi dari
kafetaria.
Ah, sial aku. Aku lupa
apa yang pernah terjadi dengan orang yang pernah menembaknya, karena terkagum
dengan kecantikannya.
“Dik, Kamu tidak
apa-apa” Kata pelayan sambil menolongku bangun.
“Ah, tidak apa-apa kak,
“ Kataku.
“Baiklah kalau tidak
apa-apa, Total semuanya 120 ribu ya.” Kata pelayannya dengan
muka senyum sinis.
Bukannya kasihan malah
memintaku membayar lagi, meski aku sedikit terkejut mahal sekali ya, untung
saja aku bawa uang 150 ribu, aku pun pergi ke meja kasir dan membayarnya. Dan
tampaknya orang-orang yang ada di Kafetaria menertawakan kejadianku tadi. Aku
langsung pergi keluar dari Kafetaria itu.
Pas keluar, aku pun
menyetop Angkot dan pulang ke rumah. Dalam angkot aku sedikit menyesal kenapa
juga aku berharap punya pacar dengan wajah pas-pasan dan dompet tipis serta kesialan
juga yang bisa dibilang parah.
Sesampainya di rumah,
aku ternyata dijuga dimarahi Ibu. “Darimana kamu sampai sesore ini pulang!”
Ujarnya. Yah, aku juga salah. Pulang sekolah aku langsung saja pergi tanpa
pamit. “Kenapa wajahmu lebam, seperti begitu? Kamu berkelahi tadi?” Kata Ibu.
“Tidak, Bu tadi aku
jatuh.” Kataku. Tidak mungkin aku mengatakan aku ditinju karena menyatakan
cinta.
“Ambil batu es di
kulkas, lalu kompres lukamu itu ya” Kata ibu dengan suara melunak.
Aku rasanya mau
menangis, hanya ibu yang mau mengerti aku dan memahamiku. Aku bodoh sekali,
kenapa aku berbohong kepadanya. Aku merasa aku adalah anak paling kurang ajar
di dunia. Aku berdo’a mudah-mudahan saja aku bisa berubah jadi anak yang lebih
baik.
Keesokan harinya aku
pergi ke sekolah, melihat aku memakai perban di pipi, semua orang menertawakanku.
“Gimana, Di hasilnya?” Kata Andik temanku.
“Udah jelas mah tu
Andik, liat aja tuh pipinya.” Ujar Dodi seraya tertawa.
Aku cuek saja, ngapain
aku pikirkan itu, mending fokus ke pelajaran selanjutnya. Ketika aku melihat
bangku Rika, dia menoleh kepadaku sebentar lalu memalingkan mukanya. Wajar
menurutku, orang yang menembaknya seperti ini, tentu saja dia akan memalingkan
mukanya kepadaku. Ya, mau bagaimana lagi, setidaknya utangku sudah lunas begitu
pikirku.
Istirahat pun Tiba, aku
langsung kabur dari kelas dan pergi ke
kantin, sebenarnya itu Cuma alasan agar aku tidak ditertawakan di kelas. Bahkan
ketika pulang sekolah aku langsung kabur setelah salam dengan guru Aku
benar-benar takut kalau-kalau temanku menertawakannya dan terdengar oleh Rika.
Bisa-bisa aku dihajar lagi.
Sesampainya di rumah,
aku langsung ke kamar dan mengerjakan PR, sebenarnya aku mengerjakan PR karena
tidak ada kegiatan. Selesai mengerjakan PR aku berpikir, mungkin ada baiknya
aku membantu membersihkan rumah sebelum Ibu datang. Daripada nanti dia
marah-marah. Sesudah bersih-bersih, aku langsung bermain game komputer, kali
ini aku main game date sims. Dan sebenarnya aku baru pertama kali memainkan
game ini, aku dapat game ini dari Andik.
Wow, gamenya gak buruk
juga, begitulah pikirku. Dalam game ini kita harus pandai membaca pikiran para
karakternya untuk buat dia mau nge-date ama kita, bener game untuk para jomblo
ngenes.
Karena keasyikan main
game, malah lupa waktu, tapi untungnya udah nyelesaian PR terlebih dahulu. Dan
akhirnya aku samapi di check point lalu kemudian ku save. Takutnya ketagihan
susah menghilangkannya.
Waktu sudah menunjukkan
pukul 07.00 Malam. Dan ibu baru pulang kira-kira kenapa ya? Gak biasanya pulang
selarut itu. Tapi yah sudahlah aku juga sebaiknya menyiapkan buku pelajaran
untuk besok.
Keesokannya, aku
berangkat ke sekolah. Aku bangun lebih cepat dari biasanya. Ibu keheranan lalu
dia meletakakn tanganya dijidat seraya berkata “Kamu tidak sakit kan“.
Kata-kata itu sedikit
membuatku marah, namun aku tidak peduli dan akhirnya pergi ke sekolah setelah
sarapan. Tentu saja aku tidak lupa pamit, kalau lupa bisa-bisa aku dicoret lagi
dari daftar kartu keluarga.
Ya, karena hari ini aku pergi cepat, aku kira para Preman
tukang peras yang biasanya malak aku tidak ada di simpangan. Yah, yang penting
aku tidak di peras. Kali aja mereka kesiangan, haha dasar preman! Pikirkyu
dalam hati.
Ternyata aku salah,
baru saja aku melangkah keluar dari simpang, Preman itu muncul. Gawat!,
begitulah pikirku. Apa aku lari atau terpaksa memberikan uangku?. Baru kali ini
aku merasa dilema, eh maksudnya untuk ke sekian kalinya aku merasa dilema.
Aku lalu memilih untuk
berlari. Preman itu pun melihat kearahku. Dengan sepenuh tenaga aku berlari
sekencang-kencangnya melewati mereka. Tiba-tiba terdengar teriakan, yang aku
yakin ini berasal dari preman yang sering memerasku.
“Oi!!! Tunggu!”
teriaknya.
Aku tetap berlari tanpa
mengacuhkan teriakan si preman itu. Dan akhirnya aku tiba juga di gerbang
sekolah, dengan wajah ceria. Tapi tampaknya Satpam sekolah melihatku dengan
tatapan tajam, aku berpikir apa salahku ya? Ah peduli amat yang penting masuk
aja. Aku lanjut berlari ke gerbang.
Dan si satpam berkata
padaku “Oi, Reseleting kamu kebuka tuh.”
Aku perlahan melihat
kearah celanaku. Astaga, ternyata emang kebuka. Sejak kapan ya? Ah, Yang jelas
tutup dulu.
“Makasih Be, untung
diingetin” kataku.
“Ya,
cepat masuk sana” katanya.
Fiuh….
Lega rasanya, setidaknya aku sudah bisa menghindar dari kejaran si preman itu
dan tampaknya tidak ada yang melihat reseletingku terbuka.
Aku segera masuk
kedalam kelas. Di Kelas aku melihat Rika belum datang. Jarang-jarang dia telat,
meski dia jutek dan perilakunya seperti itu. Dia anak juara dan rajin. Yah, itu
urusan dia kenapa juga aku mengurusnya.
Aku meletakkan tas dan
kemudian duduk di kursiku. Lalu Andik dan Dodi menghampiriku.
“Kenapa Lo, di? Kek
orang baru dikejar harimau gitu, dan sepertinya lo ngelakuin hal yang memalukan
ya?” Kata Dodi.
“Haha, mungkin dia
habis di kejar Preman, kalau gak kenapa dia cepat sekali datang ke sekolah kan”
Kata Andik.
Aku bingung kenapa si
Andik tau, Lalu aku tanyakan kenapa dia tau tentang masalahku.
“Jadi, Lo memang
beneran di kejar preman yang biasa meras lo?” Kata Andik dengan nada agak
marah.
“ Tampaknya mereka
harus kita kasih pelajaran, Dik “ Ujar Dodi.
Andik mengangguk. Aku
merasa terharu, ternyata mereka adalah teman sejati.
Lalu Bel masuk untuk
pelajaran pertama berbunyi. Guru Bahasa Ingrris pun memaski kelas, Tepatnya
Wali Kelas-ku yang masuk.
Buk Bet (Wali Kelas-ku)
masuk sambil ngenalin anak baru, seisi kelaspun ribut.
Dan kalau misalnya
Sudah Ricuh seperti ini, pastinya anak pindahan itu cewek cakep.
Ya, Benar saja namanya
juga gak kalah cakep dengan penampilannya, Ayu Natasya.
Mungkin bisa dibilang
ini saingan beratnya Rika, kalau misalnya nanti di sekolah ada kontes
kecantikan.
Sekali lagi dingetin,
kalau Rika itu terkenal di sekolah karena kecantikannya, cuman orang pada takut
karena dia emang terkenal kuat dan sadis.
Dan akhirnya orang yang
bakal menjadi kandidat terkuat ini duduk di bangkunya Rika, Kemudian ia
diingetin oleh cewek-cewek lain
“ EH, Ayu jangan duduk
disana, itu udah ada orangnya “ Ucap Nia.
Nia adalah orang yang bisa
berteman dengan siapa saja, gak peduli itu cowok atau cewek, wajar aja dia
terkenal juga denganj sebutan Primadona sekolah. Meski gak secantik Rika, tapi
dia punya wajah polos dan bias dibilang dia hanya 8 tingkat dibawah Rika.
Mungkin Statement
diatas udah ngejelasin betapa cantiknya Rika itu.
Nia bukan cewek yang
jelek hanya saja, karena ada Rika, makanya dia jadi tampak agak biasa, meski
sebenarnya dia cantik sih….
“ Oh, jadi begitu,
terimakasih ya sudah mengingatkan saya” Kata Ayu.
Ada satu hal yang aneh
dia pakai logat yang agak aneh seperti
orang dari daerah kayaknya.
Ya, aku memang tidak
mendengarkan tadi apa yang dikatakan oleh Buk Bet ketikda ia mengenalkan Ayu.
Biarlah, toh nanti aku juga tidak akan menjadi teman dia, kenapa juga aku harus
mengetahui siapa dia.
Ibuk Bet lalu memulai
pelajarannya. Dan waktu juga sudah emnujukkan pukul 07.20 mungkin si Rika
telat, jarang-jarang dia telat padahal biasanya anak yang rajin datang ke
sekolah, dan dia juga termasuk siswa berprestasi.
Tak terasa akhirnya istirahat,
Belajar memang membosankan.Alasan aku datang sekolah sebenarnya hanya untuk
menghabiskan waktu bercanda dengan teman dan untuk mengejar nilai.
Meskipun aku termasuk
orang yang kurang beruntung Tapi setidaknya aku lumayan bagus di seluruh
pelajaran, meski tidak sebagus Rika. Yah setidaknya dibandingkan laki-laki lain
aku setingkat diatas mereka dalam bidang nilai.
“ Oi, Di mau kemana
lu?” Kata Andik.
Aku hanya menunjuk ke
arah toilet. Dan Andik mengangguk-ngangguk seolah mengerti apa yang aku maksud sembari tertawa
cekikikan.
Meski aku tidak tau apa
yang ada di pikirannya, tapi itu bukan urusanku, karena meski dia sedikit
Bengal tapi dia orang bukan orang yang suka menyebarkan aib orang. Eh maksudnya
sih dia tidak suka menertawakan orang dibelakang.
Yasudahlah, yang
penting sekarang aku pergi ke Toilet.
Bicara mengenai toilet,
aku baru ingat kalau toilet laki-laki di sekolah di kenal angker. Seharusnya
aku tadi meminta Andik untuk pergi menemaniku, Atau jangan-jangan dia sengaja
membiarkan aku pergi ke toilet sendirian. Soalnya pas tadi aku menunjuk ke
toilet dia ketawa cekikikan.
Cih, Gawat. Tapi aku
harus pergi daripada nanti bocor pula, persetan dengan hantu yang penting aku
lega.
Dan akhirnya aku pergi
ke toilet laki-laki. Awalnya aku ragu untuk masuk tapi mau bagaimana lagi. Rasa
takutku dikalahkan oleh rasa ‘itu’. Lalu aku masuk ke toilet.
Ketika aku masuk, waw
gila toiletnya bersih. Berbeda dengan sekolahku yang sebelumnya toilet sekolahnya
seprti kapal pecah berantakan bahkan air baknya aj udah tercampur. Eh lupa
bilang kalau aku sebenarnya baru pertama kali makai toilet disekolah ini. Wajar
saja aku baru tiga bulan sekolah disini.
Dasar, siapa yang
bilang toilet sekolah ini angker. Padahal toiletnya seperti toilet hotel gini.
Mungkin mereka menyebar rumor agar Toilet ini tetap bersih. Yah sudahlah masa
bodoh dengan itu.
Usai ‘itu’ aku pergi
membasuh tangan. Tiba-tiba aku mendengar ada
suara seolah ada yang masuk. Jangan-jangan memang benar toilet ini angker.
Ah,
Tidak mungkin, toilet sebersih ini mana ada Hantu yang mau nangkring disini.
Suara
itu makin kencang, malah bertambah dengan suara seorang wanita yang seolah
kesakitan. Apa-apaan ini kenapa hantu malah beraksi di siang hari!!!!!!! Aku
harus kabur.
“hiks!....”
Gawat
malah kedengaran lagi suara cewek nangis. Benar-benar ini seperti di film-film
horor.
“hiks….hiks…..!”
Tapi
suara ini tidak seperti suara yang kudengar dalam film horror, apa mungkin
memang ada cewek yang nangis ya? Tapi kenapa di toilet cowok?
Karena
penasaran aku pergi mengeceknya, keliatannya suarany berasal dari luar di
samping toilet. Sambil bersiap-siap berlari kalau-kalau ternyata emamng benar
Hantu aku berjalan perlahan kearah sumber suara.
Perlahan
tapi pasti aku berjalan. Dan ternyata…….
Aku
melihat seorang cewek yang sedang melihatnya tasnya kesangkut di atas pagar sambil
menangis.
“Eh, Anu kenapa kamu
menangi…….. eh.......... Rika!!!!!!“ kataku sembari terkejut.
Aku melihat Rika sedang
menangis dan sepertinya dia menangis karena tasnya tidak bisa diambil.
Dia melihat kearahku
lalu berkata
“
Di, hiks…. Tolong hiks…ambil tasku!.”
“Ha?”
“Tas….hiks….tasku”
Kata Rika
Oy,
kenapa bisa Rika yang terkenal sadis dan kejam itu bisa menangis seperti anak
kecil. Dan yang lebih penting lagi kenapa bisa tasnya tersangkut disana.
“Anu,
Rika ..... kenapa tas kamu bisa tersangkut disana“ Kataku.
Suara
tangisan Rika berhenti, lalu dia berbalik kearahku sambil berkata
“Udah,
jangan banyak tanya, cepat ambil sana tasku” Dengan nada marah-marah..
“Ba…baik….”
Aku
lalu berusaha mengambil tasnya Rika. Tapi tidak mungkin aku bisa mengambilnya.
Karena pagar sekolah itu tingginya kira-kira 2,5 Meter lebih.
Bagaiman
cara ngambilnya ya? Tidak mungkin bisa aku mengambilnya well kalau aku melompat
takutnya bakalan robek tasnya.
Hmm…
mungkin aku suruh aja ya Rika naik ke pundakku lalu ngambil tasnya sendiri,
tapi yang jadi masalahnya apa dia mau naik ke pundakku terus ngambil. Bisa-bisa
aku dibunuh lagi.
‘Ey,
lu niat nolong ga sih, Di?” Kata Rika
“Eh
Iya, tunggu bentar aku lagi mikir gimana caranya“ Kataku sambil memikirkan cara
lain untuk mendapatkan tasnya.
Tapi,
sekeras apapun aku berpikir tetap saja tidak adalagi cara yang bisa kupikirkan
selain itu. Mungkin aku harus katakan saja ini pada dia, kalau dia tidak mau
berarti aku bebas, itu saja.
“Anu, Rika …..
Bagaimana kalau begini… “ kataku
“Apa?” Jawab Rika
dengan nada agak tinggi.
Aku semakin ragu untuk
mengatakannya tapi aku harus mengatakannya, daripada nati malah kelamaan aku
tertahan disini.
“Anu Jadi begini,
bagaimana kalau kamu naik ke pundakku terua, kamu yang ngambil tasnya“ kataku
dengan agak terbata-bata.
Lalu Rika menendangku
seraya berkata
“ Dasar, mesum!!!! Apa lu kira gw bakalan
mau ha!!!!“
Aku terjatuh, Ah
bodohnya aku kenapa juga aku mengatakan hal itu pada macan seperti dia. Tapi
setidaknya aku bisa lepas dari ‘Situasi‘ ini
Aku langsung bangun
sambil berkata
“
Ah Maaf hanya itu cara yang terpikir olehku...... kalau kamu tidak mau, baiklah
aku gak mau maksa. Kalau gitu aku pamit dulu ya ”
Yes.!!!!!!,
teriak ku dalam hati. Aku akhrinya terbebas dari ‘Mad Situation‘ ini. Yah meski
dengan handicap yang cukup tinggi, kena tendangan mautnya Rika, tapi tidak
apa-apalah akhirnya aku lepas juga.
Baiklah sekarang
waktunya menuju ke kelas.
“ Tunggu!!!“ Kata Rika
Eh.......? Kenapa dia
malah nyuruh nunggu ya?
“ Di, Apa benar cuman
itu car ayang terpikir oleh lu? “ tanya Rika.
Eh.... Aku jawab apa
ya? Ah... bilang aja iya. Toh emang itu yang terpikir olehku.
“ Iya, Cuman itu yang
kepikiran ama aku ” Jawabku.
Tampaknya Rika belum
puas dan dia menanyaku lagi, dan kali ini dia menatapku dengan tatapan tajam.
“Lu beneran gak
bohongkan, gak ada maksud lain kan dari ide yang lu pikirin ‘kan?” Kata Rika.
Aku terdiam sejenak
karena gak gugup dilihat dengan tatapn mata yang seperti itu, lalu kemudian aku
menghela nafas, lalu menjawabnya.
“
Iya, Benar Cuman itu yang terpikir Olehku.”
Sekarang giliran Rika
yang terdiam. Setelah agak lama baru dia berbicara
“Ba....Baiklah, Kita
pakai cara itu “ Kata Rika dengan wajah yang agak merah.
Apa-apaan ini, tadi dia
dengan terang menolak bahkan sambil nendang orang, tapi sekarang malah menyuruh
untuk melakukannya.
“Ta... Tapi kalau
sampai kamu melakukan hal yang aneh-aneh, aku gak akan segan-segan membuat kamu
merasakan neraka!!“ Kata Rika
Benar-benar dah aku gak
ngerti jalan pikiran wanita. Kalau dipikir pas aku ditolak di Kafe dia juga
emang susah ditebak, padahal aku kira udah waktunya yang tepat untuk ngungkapin
ke dia, ternyata malah sebaliknya. Dia marah terus meninju dan menendangku.
“ Oi kenapa diam aja,
ayo cepat “ Kata rika sambil marah-marah.
“ Ah, baik-baik....“
ujarku.
Aku langsung bergerak menuju
ke arah dia, meski terpaksa tapi daripada kena Bogem mentah lagi mending
kesana.
“ Awas ya!!! Jangan
sampai lu berbuat macam-macam “ Kata Rika
Siapa juga yang mau
macam-macam sama macan aku langsung merespon dengan nada agak kesal.
“ Iya, Iya !!!“
Tiba-tiba aku kena
pukul.
“ Kenapa aku di
pukul?!! “ kataku
“ Ucapan lu membuat gue
kesal!! “
Katanya sambil marah-marah.
Argh… Masa bodohla yang
penting aku harus bantu dia ngambil tas itu saja. Lalu, aku
pergi dari sini dan
tidak akan lagi berurusan dengan dia.
Aku pun jongkok dan
menyuruh dia untuk segera naik kepundakku.
“ Baiklah, Ayo cepat
naik, nanti keburu masuk“ kataku.
Rika lalu naik ke
pundakku, kemudian aku langsung berdiri.
Astaga berat banget,
apa benar dia ini cewek. Ah benar – benar berat banget.....
“ Kenapa, gak kuat
ngangkat cewek lu Di, Dasar lemah lu!! “ Ejek Rika.
Dasar ini orang memang
benar-benar dah tadi nangis-nangis minta tolong ngambilin tas, dikasih ide
malah marah-marah sambil ninju roang eh, sekarang malah ngejek orang yang udah
mau bantuin. Aku gak bakalan mau dikalahin sama cewek yang satu ini.
“ Haha, jangan bercanda
ini sih enteng dibandingin dengan barang lain “ Baslasku.
“ Alah, jangan sok kuat
lu Di, emangnya dibandingin barang apa Wa lebih enteng “ Kata Rika dengan anda
mengangap remeh.
“ Ambil aja dulu tasmu,
nanti baru aku kasih tau jawabannya. “ Ujarku
“ Huh.... okelah.....“
Kata Rika
Rika pun mengambil
tasnya, Rencananya berjalan dengan lancar, rika bisa mengambil tasnya. Kemudian
ia menyandangnya tepat pada saat aku masih menggendongnya.
“ Jadi Di dibandingin
apa aku beratnya “ Kata Rika
Sebenarnya aku Cuma
bohong sama dia, tapi daripada dianggap remeh lagi mending aku bohongi aja dia.
“ Dibandingin karung
semen 75 kg,kamu masih mendingan 2 kilo dibandingin itu, hahahahaha..... “ Balasku
sambil tertawa terbahak-bahak
Dan lagi-lagi aku
akhirnya dipukul, kali ini aku sih tau penyebabnya. Mungkin dia marah karena
aku secara tidak langsung mengejek kalu dia berat 73 kg , mana ada cewek yang
mau dibilang berat.
“ Hmm... entah kenapa
tadi ini tangan refleks ajya, teehee“ Kata Rika sambil senyum sinis.
Setelah dia berbicara
aku langsung menurunkannya.
“ Baiklah,sekarang
pekerjaanku sudah selesai kan? Aku mau balik dulu “
“ Pergi sana!!! “
Sebenarnya aku mau protes
terhadap perilakunya pada orang yang sudah mau menolongnya, tapi biar sajalah
yang penting aku udah lepas dari ‘skema Rantai belenggu‘ ini. Lantas aku segera
pergi dari tempat itu.
“ Tunggu!!“ Kata rika
“ Apalagi sih? “
Spontan ucapku , karena aku sangat kesal
“ Huh, Gajadi, pergi
aja sana!! Hush !!! “
Ujar Rika dengan nada kesal juga.
Aku segera pergi dari
sana. Terdengar agak samar-samar
suara ucpan terimakasih.
Hmmm…..
Oh jadi dia ingin mengtakan terimakasih tadi itu, meski aku merasa sedikit
bersalah, tapi aku tidak mengacuhkannya dan pergi ke kelas.
Entah
kenapa wajah Rika ketika menangis jad terngiang-terngiang di benakku. Lucu juga
ya seorang yang kuat macam dia juga adalah seorang penangis, tapi dia emamng
cantik, di saat dia anngis dia masih tetap terlihat anggun. Dadaku
berdebar-debar ketika memikirkannya, ah… ada apa ini kenapa aku malah jadi suka
sama dia. Tapi kalaupun aku suka sama dia, itu mungkin hanya akan jadi cinta
yang bertepuk sebelah tangan. Toh, dia kemarin udah menolakku, meski waktu itu aku
juga nembak dia karena terpaksa. Aku segera emmebuang jauh-jauh pikiranku
mengenai Rika.
Waktu
berjalan menuju kearah kelas, aku malah nabrak seseorang. Gara-gara melamun tadi
malah nabrak.
“ Maaf Kamu tidak
apa-apa? “ Ujarku sambil menolong dia berdiri.
“ Ah, tidak apa-apa
maaf tadi saya jalan juga melamun ” Ujar dia.
Aku baru sadar tenyata
orang yang kutabrak itu adalah Anak Pindahan tadi pagi, ynag namanya kalau gak
salah Ayu apalah. Hmmm memang tidak salah lagi dari gaya bahasanya bicara dan
juga wajahnya yang emang gak kalah cantik ama Rika, tapi sepertinya dia
orangnya gak lemah lembut.
Hm..... Mungkin ini
kesempatanku untukberkenalan dengannya, welll lucky juga aku kali ini.
“ Ah Kamu, yang tadi
pagi ya, dikenalin sama Buk bet kan ? “
“
Eh, iya, Saya murid pindahan. “
‘’
Wah, maaf ya sampai buat hari pertama kamu buruk gara-gara tabrakan tadi“
“Eh
tidak apa-apa, justru saya yang harusnya minta maaf, karena tidak lihat-lihat
tadi ketika jalan“
Wew……
Emang beda sekali yang satu ini, sudah cantik, baik santun lagi. Tipe wanita
idaman pria sejati ini. Aku rasa aku bisa dekat dengan dia, mungkin udah
saatnya aku coba sesekali untuk sok modus.
“
Hahaha, oke kenalin nama Aku Adi Edwika, Aku sekelas ama kamu, Kamu bisa
manggil aku dnegn Nama Adi“ Jawabku dengan tingkah laku agak sok Modus.
“
Perkenalkan juga nama Saya Ayu Natasya, Mohon bantuannya ya Adi.“ Jawab dia.
Yes….
Pertama kali aku sukses mengenalkan diri ke cewek, bahagianya gak ketulungan.
Haha mungkin ini karena dia orangnya ramah dan sopan, aku segera meresponnya.
“
Eh, boleh nanya? Kalau
aku manggilakmu apa ya? “
Diam terdiam sebentar,
wajahnya gak memerah. Hmmm… Mungkin dia agak malu kalau dekat sama cowok.tapi
dia kemudian menjawbnya.
“ Ka…Kamu boleh
memanggil saya dnegan nama Tasya saja…“ Jawabnya.
“ Oke, Tasya kalau gitu
sekali lagi maaf, ya udah nabrak kamu. “
“ Iya, Tidak Apa-apa“
“ Kalau begitu Aku
pergi dulu ya“
“ Iya, terimakasih ya
Adi “
“ Hahaha…. Iya
sama-sama“
Aku segera pergi dari
sana menuju kelas, aku senyum cekikian sepanjang jalan, hatiku benar-benar senang.
Tidak bisa kuungkapakan betapa senangya diriku saat itu.
Bel masuk pun berbunyi,
tapi aku masih penasaran kenapa Rika, harus manjat pagar ya?
Oh, iya dia kan telat
makanya, dia manjat pagar ya...
Tunggu dulu, dia telat
makanya manjat pagar
Eh, Bukannya memanjat
pagar merupakan pelanggaran aturan sekolah ya....
Waduh gawat nih, aku
harus kadukan pada guru...
Tiba-tiba ada yang memegang
bajuku ketika aku mau pergi ke kantor
“ Eh, Adi kebetulan
sekali kamu mau ke kantor guru ya? Ng... kamu ngapain ya kesana “
Dari suaranya sudah
jelas siapa orangnya, ya Rika. Gawat nih sepertinya dia udah tau aku baklan
ngadu.
“ Haha, ada.....
ada..... ada yang mau diambil disana“
“ Oh, ada yang mau
diambil disan ya, “ Ujar Rika dengan wajah sinis.
“ Aku rasa kamu tau Ya
Adi, Apa jadinya kalau kamu melakukan hal yang ‘gegabah‘ bukan? “ Lanjut Rika.
“ Aahahahaha... Aku...
Aku tidak mengerti dengan ucapanmu.... “ Ujarku sambil gemetar.
“ Kalau sampai ada yang
tau dan bilang kalau aku manjat pagar untuk masuk, kamu tau kan apa yang
terjadi “ kata rika dnegan nada mengancam.
“ hahahahahha..... baik
aku tidak akan mengatakannya “
“ Bagus kalau begitu ayo kita masuk “ kata
rika
Koweiiiii.... eh maksudnya
menakutkan.... Gila ini merupakan intimidasi, cewek ini emang mengerikan, bisa
gawat dah kalu sampai aku bikin masalah dengannya, argh......
bersambung ke cerita selanjutnya......