Sabtu, 02 Mei 2015

Diary of Mine | #1stStory : Introduce & Begining

Day 1


           Tahun lalu, ketika aku masih berada di SMA, aku duduk termenung di depan komputer, seperti orang yang telah kehilangan semangat hidup dan jatuh pada lautan kegalauan. Aku merasa Ingatkanku memudar, tapi perlahan aku mulai mengingat kejadiannya. Ya kejadian yang tidak akan bisa kulupakan, melihatnya memalingkan wajah dariku serta berlari menjauh dariku, aku  bertanya kepada diriku sendiri kenapa dia meninggalkan aku , Apa aku melakukan kesalahan lagi? Apa aku mengacaukan sesuatu? Apa aku membuatnya tersinggung lagi? Aku hanya bisa diam terpaku disana, layaknya seorang pecundang.
Tiba-tiba ingatanku berubah aku mulai melihat seseorang yang sepertinya dalam kondisi menyedihkan, dia menyalahkan dirinya, bertanya layaknya orang gila pada dirinya sendiri, kulihat perlahan sosok itu berubah menjadi cerminan diriku, dan seolah mendapatkan kesadaran sendiri dia mulai bertanya padaku, ' hey pecundang inilah yang terjadi jika kau tidak mempunyai pendirian dan menginginkan sesuatu yang sebenarnya tidak bisa kau jangkau'. ' mungkin kau sudah merasa hebat karena mengira dia mencintaimu hanya karena dia  memberikan sedikit perhatiannya padamu? padahal kau hanya pilihan untuknya pada saat bosan'. aku hanya bisa terdiam melihat sosok itu, dia terus berbicara mkepadaku seolah dia telah lama mengenalku, ya dia memang sudah lama mengenalku. Dia adalah bagian dari diriku atau kepribadianku yang terpisah. Orang-orang menyebutnya kepribadian ganda. Kepribadian yang benar-benar bertolak belakang dengan kepribadian asli kita. Meski dia bertanya banyak hal padaku aku hanya bisa diam,
‘Huh kau pikir kau bisa mendapatkannya dengan cara begitu? Seharusnya kau lebih agresif lagi atau setidak.....” “diam!!!’ kataku padanya
‘ Apapun yang kau katakan, hal itu tidak akan mengubah fakta yang terjadi, selama ini cukup aku mengikuti kemaumanmu yang egois itu, seharusnya tidak usah kuikuti saranmu untuk mendekatinya, kalau aku tau begini akhirnya ‘ ujarku.
‘ Karena itu, kau ku sebut pecundang, Dasar..’ balasnya.              
‘ Kalau kau tak bisa diam, kau hanya akan menyiksa dirimu sendiri, sebaiknya kau diam saja!!’ bentakku.
Akhirnya ‘kepribadianku’ itu diam, ia memalingkan wajahnya dariku kemudian pergi dan akhirnya menghilang. Tak lama setelah itu akhirnya kudapati kesadaraakanku kembali, akal sehatku mulai masuk ke dunia nyata. Aku melihat sekelilingku untuk memastikan tidak ada orang yang mendengarnya, Tentunya aku berharap percakapan yang aku lakukan tadi itu tidak diketahui oleh siapapun, karena jika hal ini diketahui orang, aku akan dianggap gila dan kemudian akan dikucilkan. Aku kemudian pergi ke tempat tidur, berharap besoknya aku tidak ingat apapun, dan bisa tidur dengan tenang. Meski pada malamnya aku malah bermimpi buruk.
Keesokan harinya, aku pergi ke sekolah. Tujuaku pergi ke sekolah ialah untuk menngurus keperluan yang dibutuhkan untuk kuliah, karena aku sudah selesai melaksanakn Ujian Nasional. Setelah menyelesaikannya, aku duduk di kafetaria sekolah. Tak lama kemudian ‘Dia’ datang bersama temannya ke kafetaria. Meksi mata kami bertemu tapi tidak ada tegur sapa yang biasa kami lakukan, kami malah saling memalingkan wajah ke arah lain. Akhirnya setelah membeli makanan di Kafetaroia itu, ia segera beranjak pergi dari tempat itu. Sesekali dari jauh aku meliirik dirinya, dia tampak bahagia bahkan terkesan tidak ingat apa yang dilakukannya kemarin. Perasaanku bercampur aduk pada saat itu, aku merasa kesal dan sangat marah akan perlakuannya, tapi disisi lain aku merasa tidak ada gunanya aku memikirkannya, apalagi dengan meluapkan perasaanku dalam berbagai bentuk. Aku pun pergi toko lain, untuk mencari angin dan mencerahkan suasana hatiku.
Sesampaiku ditoko itu,  hanya ada dua siswi disana, mereka sedang memilih makanan yang dibeli. Tanpa memdeulikan mereka aku mengambil kue coklat, dan kemudian pergi ke kasirnya. Saat berjalan ke kasir aku berpapsan dengan siswi tadi, kemudian salah satunya menoleh kepadaku.
‘Bang!’ serunya.
Aku menoleh kesamping melihat dirinya. Aku benar-benar tak mengenal dirinya, entah siapa yang menyapaku ini, tapi untuk membalas kesopananya aku kemudian mengaggukkan kepala, sambil bertanya padanya siapa dirinya.
‘Aku temennya ‘Dia’ Bang.’ Katanya.
Ketika mendengar nama itu jujur saja aku hampir tidak dapat menahan emosi. Aku berprasangka buruk kepada siswi ini, mungkin dia mengenalkan dirinya padaku untuk mengejekku, pikirku. Tapi dengan cepat kukendalikan diriku, sambil bertanya padanya.
‘Oh, temennya ya? Aku mau nanya, kok dia gak pernah bales smsku apa dia udah punya nomor baru?’ kataku
‘Soal itu aku gak tau bang. Tapi bisa jadi dia menukar nomornya’ jawabnya
‘Kalau begitu boleh aku minta nomormu? Jadi kalau kamu udah tau nomor barunya dia langsung sms aku ya’ kataku. Jujur saja aku sendiri tidak tau kenapa aku malah meminta nomor siswi yang baru kukenal ini dengan alasan aku ingin tau nomor dia.

‘Oke bang.” Katanya sambil memberikan nomornya padaku.
Setelah itu siswi itu bersama temannya meninggalkan aku. Aku menatap mereka masuk ke gerbang sekolah, kemudian aku melirik telpon genggamku. Sempat terfikirkankan olehku untuk menghapus saja nomornya, karena aku yakin hal itu tidak ada gunanya, tapi aku urungkan niat tersebut. Aku sendiri tidak tau alasan. Mungkin karena jauh dilubuk hatiku aku masih menginginkan Dia, atau karena aku tidak ingin menyakiti orang yang telah menunjukkan tatakramanya padaku. Aku berjalan ke rumahku dengan tatapan kosong. Sesampainya di rumah aku merebahkan diri dikasurku, sembari mengkhyal kejadian yang kualami di sekolah tadi. Akhirnya setelah lama memikirkannya aku tertidur.

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kamis, 27 November 2014

Cinta Pertama berakhir Kecewa

     Ceritanya pas gue berada di Kelas 3 SMA, waktu itu gue bener-bener jomblo akut, dari lahir ampe saat itu gue gak pernah pacaran sama sekali, jangankan pacaran deket ama cewek aja gue jarang (kalo bilang ga pernah entar gue boong lagi). lantaran gue udah ga tahan ngejomblo lagi karena ejekan temen-temen gue, akhirnya gue cari-cari target dulu. Awalnya gue ngincer temen seangkatan tapi karena gue yakin PDKT bakalan terhambat, soalnya kalau seangkatan biasanya gossipnya bakalan nyebar, nah pastinya kalo infonya nyebar si target pasti malu kan. makanya gue nyari yang junior.

  Singkat cerita gue akhirnya nemuin fb nya si dia. namanya  Prada, awalnya gue bingung mau ngapain, kalo nge-chat  langsung dikirain SKSD tapi kalau gak ngechat gimana cara kenalnya? Gue pun pusing tujuh keliling mikirinnya. Keesokannya gue bertemu dengan junior basket gue, namanya Ningsih. Tanpa sadar gue nanyain ke dia tentang Prada. Dan ternyata dia tau dengan Prada, Gue langsungn menghujani dia dengan berbagai pertanyaa mengenai Prada. dan dari dia akhirnya gue tau tentang Prada dan juga Nomor  Namun, meski sudah dapat nomor dan informasinya, gue belum berani untuk sms-an sama dia. Mengetahui hal tersebut Ningsih ngejebak gue biar bisa smsan sama dia. Dia kemudian meminjam HP gue dan langsung membuat percakapan dengan si Prada.

  Ketika dia ngebalikin hape gue, gue terkejut karena ada SMS dari Prada. " Ini Siapa? " Gue ga tau mau bales apaan. tapi gue memberanikan diri mengenalin diri kepada dia (meski gue menyiapkan hati sampe tiga jam) "Nama Saya Rizky, Anak Kelas Tiga" . Gue sendiri bingung kok gue ngebales pake gaya bahasa formal kek gitu. Gue kira dia gak baklan bales, tapi akhirnya malem itu dia ngebales. Dan berawallah masa PDKT pertama gue seumur hidup.

  Semenjak itu, gue jadi sering sms-san sama dia, meski konten atau isi smsnya cuman sekedar basa-basi, dan tidak mengarah kepada hal-hal yang berbau cinta. Satu setengah bulan berlalu, akhirnya gue memberanikan diri untuk bertemu dengan Prada. gue kemudian menyusun rencana dan mebuat janji ketemuan dengan doi. Akhirnya tiba juga hari yang gue tunggu, semua hal udah gue persiapin dari Gaya rambut sampai sepatu yang gue pakai.

Ketika bertemu dengan dia, jantung gue berdegup kencang. Saat itu gue bahkan ga bisa ngomong dengan baik, tapi meski gue kikuan seperti itu, dia tetap tersenyum. Saat itu gue pikir ' Thank you, tuhan gue dikasih kesempatan dekat dengan cewek secantik ini '.

 Hubungan kami jadi semakin dekat setelah pertemuan tersebut, dan obrolan kami via sms juga sudah mulai mengangkat tema 'cinta'. tak jarang gue menggoda dia, meski  ditangapi dingin olehnya. Meski begitu gue merasa udah saatnya untuk menyatakan cinta, Tapi sayangnya gue ga berani nyatain hal tersebut kepada doi. Bahkan sampai kami sudah menjalani masa PDKT tiga bulan. Gue masih belum berani nyatain cinta kepada dia.

Pada bulan keempat gue pun memberanikan diri untuk menyatakan cinta pada dia. Ketika gue ngatain gue menyukai dia, dia tampaknya tidak terkejut. Malahan sepertinya dia tau kalau saya akan mengatakan hal itu. Lalu, gue meminta jawaban darinya, tapi dia mengatakan akan berpikir dulu. Mendengar hal tersebut gue sebenarnya sedikit kecewa tapi ada juga perasaan lega karena sudah menyatakan perasaan, kemudian setelah ngobrol santai kami berdua pulang.

Malamnya gue nge-sms dia, tapi dia tidak membalas. Awalnya gue kira dia ga bales karena udah tidur dan mungkin kecapean tapi keesokannya tidak ada balesan sms dari dia. Sudah tiga hari berlalu tapi belum ada kabar dari dia, gue masih berfiikir positif mungkin dia masih bingung mau ngomong apaan. Dan akhirnya sampai seminggu berlalu gue belum juga dapat balesan. Gue pun memberanikan diri buat nelpon Prada, sayangnya dia tidak mengangkat telponnya. Meski berkali-kali gue misscal, tetap saja dia tidak mengangkat dan membalas sms gue. Gue bener-bener kecewa saat itu

  Saat itu gue bener-bener merasa sedih sekali, baru gue sadar kalau ternyata cinta gue bertepuk sebelah tangan, gue nggak tau kenapa dia nggak mau menjawab telpon dan membalas sms. Tapi gue tau kalau dia berniat menjauh dari gue. Akhirnya Gue Jomblo lagi, tapi setidaknya, jomblo lebih baik dibanding gue ngerasain sakitnya kena PHP.

disadur dari kisah pengalaman saya dengan gubahan bahasa

Selasa, 14 Januari 2014

Mula Sial!!!!



Pagi, Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 06.00, aku masih saja terlelap. Meski sebenarnya hari itu aku harus segera pergi ke sekolah karena ada ulangan. Tapi tetap saja aku tak bisa melawan godaan kantuk yang begitu dahsyat. Sebenarnya itu karena tadi malam aku menonton pertandingan bola tim kesayanganku. Sayangnya timku kalah tadi malam. Tidak bisa kubayangkan apa yang akan dilakukan oleh teman-temanku besok. Jujur saja, aku hanya satu-satunya fans tim itu di sekolah, dan kebetulan, tim itu juga dibenci oleh fans tim bola lain. Yah, akhirnya jadi bulan-bulanan tertawaan disekolah, itulah pikirku.
Sementara itu waktu sudah menunjukkan pukul 06.15. Disaat aku masih terlelap, tiba-tiba aku diguyur dengan air dan dipukul. Ternyata Ibu membangunkanku. “Oi Di Bangun!!! Sudah jam enam ini” teriak Ibu. Sontak, aku pun langsung bangun dan segera merapikan tempat tidurku yang basah karena diguyur air. Wajah ibu yang marah karena membangunkanku itu benar-benar membuatku takut. Langsung aku kabur ke bawah sambil membawa handuk, untuk menghindari ceramah ibuku. Namun sialnya ketika di tangga, aku tersandung bola basket yang ada di sana. Lalu aku pun jatuh terguling ke bawah. Beruntung, hanya kakiku yang terkilir, akupun lalu melanjutkan perjalanan ke Kamar mandi meski kakiku sakit. Bagiku sakit kaki lebih baik daripada mendengar Amarah Ibu.
Setelah Mandi akupun langsung ke kamarku dengan berhati-hati melewati tangga agar tidak terjatuh. Sayangnya, meski aku bisa melewati ‘rintangan basket’, aku tidak bisa melewati ‘rintangan kemarahan Ibu’, Alhasil aku pun diceramahi sekitar 5 menit. Waktupun menunjukkan Jam 06.25, aku segera makan dan pergi ke sekolah, Daripada di rumah dimarahi, mungkin ada baiknya aku pergi ke sekolah, pikirku.
Sebenarnya jarak dari rumahku ke sekolah tidak begitu jauh. Tapi, aku memang pada dasarnya tidak berniat datang ke sekolah hari itu. Akupun berjalan dengan perlahan ke sekolah, sambil memperhatikan jam dan sesekali melirik kearah simpang, karena biasanya jam segini banyak preman yang sudah mulai mencari target. Aku sih berharap agar tidak dipalak hari ini. Dan untungnya do’a ku itu terkabulkan. tepat setelah melewati simpang tersebut barulah preman itu mangkir disana.
Akupun melanjutkan perjalanan ke sekolah, setibanya di dekat sekolah, aku sedikit heran kenapa gerbangnya masih buka. Padahal sudah 30 menit aku berjalan, biasanya kalau jam segini sudah jelas telat, pikirku. Lalu aku masuk ke dalam sekolah dan ketika kulihat jam sekolah dan kubandingkan ternyata jam ku lebih cepat 10 menit, pantas saja rasanya preman itu lambat sekali mangkir disana, Ucapku dalam hati. Yah mo bagaiman lagi karena sudah hampir jam 07.00 , akupun terpaksa masuk daripada dicatat cabut, yang lebih parah kasusnya kalau dibawa ke BK daripada telat.
Oh iya aku Lupa ngenalin diri. Oke, nama Ku Adi Edwika, Kelas 1 SMA, Semua pelajaran rata-rata aku dapat nilai yang lumayan kecuali Matematika sama Olahraga. Untuk pacar tidak ada,Tepatnya belum pernah pacran di saat teman-teman aku hamier semuanya udah punya mantan, aku Cuma bias ngenes doing. Welel sekian dulu intermezonya.Balik lagi ke jalan cerita.
Akupun segera masuk ke kelas. Sesampainya di kelas, ketika akan masuk aku merasa sepertinya semua yang ada dikelas sudah bersiap menungguku. Alasannya sudah jelas, aku kalah taruhan dengan mereka. “
“Di, Gimana kabar loe” Ujar Andik, Teman aku.
Sebenarnya aku tau maksud dari perkataan itu, tapi aku cuek saja. Biarlah mereka sendiri yang mengatakan maksudnya itu.
“Aman” Ucapku dengan nada agak cuek.
“Kok Gitu sih jawabannya? Oiya tadi malam gimana hasilnya ?” Jawab Andik dengan nada sinis.
Akupun menjawabnya dengan santai kalau tim nya kalah dengan skor tipis tadi malam. Dan merekapun menertawakanku, sembari mengejek.
“Jadi kita apain nih anak” Kata Dodi, temanku yang lain.
“Suruh aja dia nembak cewek, nembak si Rika aja” Kata Andik.
“Haha, mantap tuh gimana semuanya?” Kata Dodi.
Sontak semuanya mengtakan setuju. Aku memang bodoh mau ikut taruhan hanya karena emosi, timku di ejek terus. Alhasil beginilah yang terjadi. Mungkin ini jadi pelajaran untukku agar tidak bertaruh lagi. Selain karena faktor keberuntunganku yang kurang, aku juga tidak percaya diri akan kemenangan. Mungkin lebih tepatnya aku ini pesimis.
“Oke, Di, pulang sekolah loe, tembak si Rika. Katain sejujurnya lo emang cinta ama dia. Tapi, jangan sampai tau dia kalau kamu Cuma boongan ya” Kata Dodi.
Meski berat hati, aku terpaksa mengikuti keinginan mereka, toh ini juga salahku karena sudah sombong. Aku pun harus rela ‘menembak’ Rika.
Sebenarnya Rika itu tidak juga buruk, dia lumayan cantik. Hanya saja dia agak tomboy dan sering berkata kasar sehingga itulah yang membuat orang tidak mau berpacaran dengan dia. Bahkan, ada yang mendapat ‘bogem mentah’ Rika ketika menembak dia. Mungkin kalau aku menembak dia aku ditendang oleh Rika. Betapa tidak, wajahku bisa dibilang tidak memenuhi standar alias jelek. Aku juga bukan orang yang kaya dan juga pandai.
Tidak bisa kubayangkan apa yang akan Rika lakukan kepadaku nanti, jika aku menembaknya. Mungkin saja dia akan membuatku cedera berbulan-bulan atau mungkin saja dia akan menjatuhkanku dari lantai 4 sekolah dan aku akhirnya menjadi hantu penasaran. Yah, Segala hal yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin, kalau kita kaji ulang dengan baik-baik. Tapi bukan itu yang akan aku bahas. Tapi bagaimana caranya agar aku bisa menghindari masalah ini.
Sayangnya memasuki jam isitirahat aku masih belum juga menemukan ide yang tepat untuk mengakali hal ini.
“Woi, bisa kesambek kau kalau masih juga bermenung, Di.”. Sahut Andik
“Lagi menungin apa kau? Jangan-jangan taruhan itu, udah aja lah, tembak aja dia, gitu aja kok repot “ Kata Dodi.
Aku diam saja, daripada memperkeruh suasana. Tapi, tidak salah juga mereka bilang begitu, aku memang memikirkan bagaimana caranya untuk menghadapi Rika. Apa aku harus memohon pada dia agar tidak di tendang atau aku terima saja bogem mentahnya itu.
Waktu yang di tidak ingin terjadi akhirnya datang juga, Jam terakhir dan bel Berbunyi. Akhirnya aku keluar kelas dan harus bersiap-siap untuk ‘menyatakan’ cinta palsuku kepadanya.
Ketika Rika keluar aku pun menghampirinya dan berkata. “Anu, Rika kamu ada keperluan gak sore ini?”. Rika diam sebentar, lalu dia berkata “Ada urusan apa? Kenapa lo manggil gue?” Kata Rika dengan nada agak sedikit keras.
Aku pun jadi takut, tidak tau apa yang akan aku jawab, aku langsung kikuk dan benar-benar slah tingkah. “a…anu…. Itu…….”kata ku. Rika menghela nafas, lalu berkata  “Yah, sudahlah kalau memang ada yang mau dikatakan nanti aku tunggu jam 04.00 di Cafetaria”. Aku terkejut, gawat sepertinya malah jadi runyam masalahnya. Bayangkan saja kalau aku datang ke sana, dan menyatakannya aku akan di hajar di depan orang banyak, tapi kalau tidak datang aku bisa dibunuh keesokan harinya. Seperti memakan buah simalakama, serba salah semuanya.
“Ah, baik nanti jam 04.00 aku akan ke sana.” Kata Aku kepada Rika. Mungkin lebih baik aku pergi saja ke kafetaria itu, daripada nanti dibunuh keesokan harinya. Dan teman-temanku sudah tertawa meliha tingkahku
Ketika waktu menunjukkan jam 04.00 aku tiba disana, Lalu aku pun mencari Rika .Ternyata, setelah kucari Rika belum datang juga, aku pun menunggu disana. Setengah jam berlalu masih ku tunggu, 1 jam berlalu masih kutunggu, tapi ketika 1 setengah jam akupun mulai kehilangan kesabaran, lalu tiba sms, “Maaf Di, mungkin aku agak telat tiba, kalau kamu mau pulang juga gapapa”.
Aneh pikirku jarang-jarang ada orang sekeras Rika mau meninggalkan pesan seperti ini. Yah aku pikir aku mungkin bisa menunggu dan aku membalas smsnya dengan mengatakan aku akan menunggu, tepat jam 05.15 akhirnya Rika datang.
Tidak seperti yang kukira kalau Rika akan memakai baju cuek, ternyata Rika memakai Baju yang lucu dan terlihat cantik. Aku tertegun melihat betapa cantiknya Rika. Bahkan akupun sempat berpikir” wah aku ternyata disukainya “. Namun aku segara menampik hal itu, Fakta wajahku yang pas-pasan, tidak punya spesialisasi dalam hal apapun, membuatku sadar kalau itu hanya khayalanku saja.
Rika menuju mejaku duduk, aku hanya tertegun malu, ternyata aku salah mengira dia.
“Di, maaf ya membuatku lama menunggu” Kata Rika.
“Ah, Tidak apa-apa, aku juga baru sebentar ini datang….”. Ujarku, aku sedikit bingung,
“Hmm, Maaf ya Dik, keknya aku gak bisa lama-lama, jadi apa yang mo dibicarain”
“Aku Suka sama kamu Rika.” Pikirku.
Ternyata memang ga semudah yang kupikir untuk mengucapkannnya. Aku benar-benar gugup. Apa aku akan merusak Momen yang jarang terjadi ini?
Baiklah sudah kuputuskan aku akan menytakannya, tapi aku mengajak dia ngobrol dulu.
“Anu, ini mengenai sekolah, tadi waktu pelajaran matematika aku gak terlalu perhatiinnya, jadi aku mau minta tolong mengenai itu.” Kataku. Dasar bodoh aku mana ada yang menyanyakan hal itu di kafetaria seperti ini, apalagi cewek yang lo minta udah dandan kek gitu.
Rika tampaknya seperti menghela nafas ”Memangnya mana yang kamu tidak mengerti?” Ujarnya. Untung saja aku membawa buku matematika. Lalu Rika menunjukkan jalannya dan memecahkannya. Rika memang anak yang pintar.
Setelah itu dia memberikan aku juga cara mudah untuk mengerjakannya. Luar biasa, pikirku ternyata dia memang anak pintar.
Waktupun menunjukkan pukul 05.45, tampaknya Rika benar-benar ada perlu.
“maaf ya Di, aku mau pergi dulu”Katanya.
Gawat, pikirku. Kalau aku tetap juga tidak ‘menembak dia’ bisa-bisa aku akan diberi hukuman yang jauh berbahaya. Aku harus menyataknnya sekarang juga.
Aku memegang tangan Rika seraya berkata “Rika, Tunggu”.
Dia tampaknya terkejut ketika aku memegang tangannya. Tapi aku lanjut saja, dengan berbekal pernah menonton film romantis FTV di TV yang kutonton bersama adik, aku lanjutkan Intonasi penyataan cinta ini.
“Anu, aku….aku… aku sebenarnya suka padamu” Ujarku dengan suara keras, sehingga tedengar hampir ke seluruh penjuru Kafetaria.
Bodohnya aku, aku lupa apa yang pernah dilakukannya kepada orang-orang yang pernah nembak dia. Aku tertegun dan perlahan melihat wajhnya. Rika tampak malu bercampur marah. Dan tampaknya dia akan melakukan seuatu.
“Apaan sih!!!!” Katanya sambil meninjuku dan menendangku. Lalu dia pergi dari kafetaria.
Ah, sial aku. Aku lupa apa yang pernah terjadi dengan orang yang pernah menembaknya, karena terkagum dengan kecantikannya.
“Dik, Kamu tidak apa-apa” Kata pelayan sambil menolongku bangun.
“Ah, tidak apa-apa kak, “ Kataku.
“Baiklah kalau tidak apa-apa, Total semuanya 120 ribu ya.” Kata pelayannya dengan muka senyum sinis.
Bukannya kasihan malah memintaku membayar lagi, meski aku sedikit terkejut mahal sekali ya, untung saja aku bawa uang 150 ribu, aku pun pergi ke meja kasir dan membayarnya. Dan tampaknya orang-orang yang ada di Kafetaria menertawakan kejadianku tadi. Aku langsung pergi keluar dari Kafetaria itu.
Pas keluar, aku pun menyetop Angkot dan pulang ke rumah. Dalam angkot aku sedikit menyesal kenapa juga aku berharap punya pacar dengan wajah pas-pasan dan dompet tipis serta kesialan juga yang bisa dibilang parah.
Sesampainya di rumah, aku ternyata dijuga dimarahi Ibu. “Darimana kamu sampai sesore ini pulang!” Ujarnya. Yah, aku juga salah. Pulang sekolah aku langsung saja pergi tanpa pamit. “Kenapa wajahmu lebam, seperti begitu? Kamu berkelahi tadi?” Kata Ibu.
“Tidak, Bu tadi aku jatuh.” Kataku. Tidak mungkin aku mengatakan aku ditinju karena menyatakan cinta.
“Ambil batu es di kulkas, lalu kompres lukamu itu ya” Kata ibu dengan suara melunak.
Aku rasanya mau menangis, hanya ibu yang mau mengerti aku dan memahamiku. Aku bodoh sekali, kenapa aku berbohong kepadanya. Aku merasa aku adalah anak paling kurang ajar di dunia. Aku berdo’a mudah-mudahan saja aku bisa berubah jadi anak yang lebih baik.
Keesokan harinya aku pergi ke sekolah, melihat aku memakai perban di pipi, semua orang menertawakanku. “Gimana, Di hasilnya?” Kata Andik temanku.
“Udah jelas mah tu Andik, liat aja tuh pipinya.” Ujar Dodi seraya tertawa.
Aku cuek saja, ngapain aku pikirkan itu, mending fokus ke pelajaran selanjutnya. Ketika aku melihat bangku Rika, dia menoleh kepadaku sebentar lalu memalingkan mukanya. Wajar menurutku, orang yang menembaknya seperti ini, tentu saja dia akan memalingkan mukanya kepadaku. Ya, mau bagaimana lagi, setidaknya utangku sudah lunas begitu pikirku.
Istirahat pun Tiba, aku langsung kabur dari kelas dan  pergi ke kantin, sebenarnya itu Cuma alasan agar aku tidak ditertawakan di kelas. Bahkan ketika pulang sekolah aku langsung kabur setelah salam dengan guru Aku benar-benar takut kalau-kalau temanku menertawakannya dan terdengar oleh Rika. Bisa-bisa aku dihajar lagi.
Sesampainya di rumah, aku langsung ke kamar dan mengerjakan PR, sebenarnya aku mengerjakan PR karena tidak ada kegiatan. Selesai mengerjakan PR aku berpikir, mungkin ada baiknya aku membantu membersihkan rumah sebelum Ibu datang. Daripada nanti dia marah-marah. Sesudah bersih-bersih, aku langsung bermain game komputer, kali ini aku main game date sims. Dan sebenarnya aku baru pertama kali memainkan game ini, aku dapat game ini dari Andik.
Wow, gamenya gak buruk juga, begitulah pikirku. Dalam game ini kita harus pandai membaca pikiran para karakternya untuk buat dia mau nge-date ama kita, bener game untuk para jomblo ngenes.
Karena keasyikan main game, malah lupa waktu, tapi untungnya udah nyelesaian PR terlebih dahulu. Dan akhirnya aku samapi di check point lalu kemudian ku save. Takutnya ketagihan susah menghilangkannya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 Malam. Dan ibu baru pulang kira-kira kenapa ya? Gak biasanya pulang selarut itu. Tapi yah sudahlah aku juga sebaiknya menyiapkan buku pelajaran untuk besok.
Keesokannya, aku berangkat ke sekolah. Aku bangun lebih cepat dari biasanya. Ibu keheranan lalu dia meletakakn tanganya dijidat seraya berkata “Kamu tidak sakit kan“.
Kata-kata itu sedikit membuatku marah, namun aku tidak peduli dan akhirnya pergi ke sekolah setelah sarapan. Tentu saja aku tidak lupa pamit, kalau lupa bisa-bisa aku dicoret lagi dari daftar kartu keluarga.
Ya, karena hari  ini aku pergi cepat, aku kira para Preman tukang peras yang biasanya malak aku tidak ada di simpangan. Yah, yang penting aku tidak di peras. Kali aja mereka kesiangan, haha dasar preman! Pikirkyu dalam hati.
Ternyata aku salah, baru saja aku melangkah keluar dari simpang, Preman itu muncul. Gawat!, begitulah pikirku. Apa aku lari atau terpaksa memberikan uangku?. Baru kali ini aku merasa dilema, eh maksudnya untuk ke sekian kalinya aku merasa dilema.
Aku lalu memilih untuk berlari. Preman itu pun melihat kearahku. Dengan sepenuh tenaga aku berlari sekencang-kencangnya melewati mereka. Tiba-tiba terdengar teriakan, yang aku yakin ini berasal dari preman yang sering memerasku.
“Oi!!! Tunggu!” teriaknya.
Aku tetap berlari tanpa mengacuhkan teriakan si preman itu. Dan akhirnya aku tiba juga di gerbang sekolah, dengan wajah ceria. Tapi tampaknya Satpam sekolah melihatku dengan tatapan tajam, aku berpikir apa salahku ya? Ah peduli amat yang penting masuk aja. Aku lanjut berlari ke gerbang.
Dan si satpam berkata padaku “Oi, Reseleting kamu kebuka tuh.”
Aku perlahan melihat kearah celanaku. Astaga, ternyata emang kebuka. Sejak kapan ya? Ah, Yang jelas tutup dulu.
“Makasih Be, untung diingetin” kataku.
“Ya, cepat masuk sana” katanya.
Fiuh…. Lega rasanya, setidaknya aku sudah bisa menghindar dari kejaran si preman itu dan tampaknya tidak ada yang melihat reseletingku terbuka.
Aku segera masuk kedalam kelas. Di Kelas aku melihat Rika belum datang. Jarang-jarang dia telat, meski dia jutek dan perilakunya seperti itu. Dia anak juara dan rajin. Yah, itu urusan dia kenapa juga aku mengurusnya.
Aku meletakkan tas dan kemudian duduk di kursiku. Lalu Andik dan Dodi menghampiriku.
“Kenapa Lo, di? Kek orang baru dikejar harimau gitu, dan sepertinya lo ngelakuin hal yang memalukan ya?” Kata Dodi.
“Haha, mungkin dia habis di kejar Preman, kalau gak kenapa dia cepat sekali datang ke sekolah kan” Kata Andik.
Aku bingung kenapa si Andik tau, Lalu aku tanyakan kenapa dia tau tentang masalahku.
“Jadi, Lo memang beneran di kejar preman yang biasa meras lo?” Kata Andik dengan nada agak marah.
“ Tampaknya mereka harus kita kasih pelajaran, Dik “ Ujar Dodi.
Andik mengangguk. Aku merasa terharu, ternyata mereka adalah teman sejati.
Lalu Bel masuk untuk pelajaran pertama berbunyi. Guru Bahasa Ingrris pun memaski kelas, Tepatnya Wali Kelas-ku yang masuk.
Buk Bet (Wali Kelas-ku) masuk sambil ngenalin anak baru, seisi kelaspun ribut.
Dan kalau misalnya Sudah Ricuh seperti ini, pastinya anak pindahan itu cewek cakep.
Ya, Benar saja namanya juga gak kalah cakep dengan penampilannya, Ayu Natasya.
Mungkin bisa dibilang ini saingan beratnya Rika, kalau misalnya nanti di sekolah ada kontes kecantikan.
Sekali lagi dingetin, kalau Rika itu terkenal di sekolah karena kecantikannya, cuman orang pada takut karena dia emang terkenal kuat dan sadis.
Dan akhirnya orang yang bakal menjadi kandidat terkuat ini duduk di bangkunya Rika, Kemudian ia diingetin oleh cewek-cewek lain
“ EH, Ayu jangan duduk disana, itu udah ada orangnya “ Ucap Nia.
Nia adalah orang yang bisa berteman dengan siapa saja, gak peduli itu cowok atau cewek, wajar aja dia terkenal juga denganj sebutan Primadona sekolah. Meski gak secantik Rika, tapi dia punya wajah polos dan bias dibilang dia hanya 8 tingkat dibawah Rika.
Mungkin Statement diatas udah ngejelasin betapa cantiknya Rika itu.
Nia bukan cewek yang jelek hanya saja, karena ada Rika, makanya dia jadi tampak agak biasa, meski sebenarnya dia cantik sih….
“ Oh, jadi begitu, terimakasih ya sudah mengingatkan saya” Kata Ayu.
Ada satu hal yang aneh dia pakai logat yang agak aneh seperti  orang dari daerah kayaknya.
Ya, aku memang tidak mendengarkan tadi apa yang dikatakan oleh Buk Bet ketikda ia mengenalkan Ayu. Biarlah, toh nanti aku juga tidak akan menjadi teman dia, kenapa juga aku harus mengetahui siapa dia.
Ibuk Bet lalu memulai pelajarannya. Dan waktu juga sudah emnujukkan pukul 07.20 mungkin si Rika telat, jarang-jarang dia telat padahal biasanya anak yang rajin datang ke sekolah, dan dia juga termasuk siswa berprestasi.
Tak terasa akhirnya istirahat, Belajar memang membosankan.Alasan aku datang sekolah sebenarnya hanya untuk menghabiskan waktu bercanda dengan teman dan untuk mengejar nilai.
Meskipun aku termasuk orang yang kurang beruntung Tapi setidaknya aku lumayan bagus di seluruh pelajaran, meski tidak sebagus Rika. Yah setidaknya dibandingkan laki-laki lain aku setingkat diatas mereka dalam bidang nilai.
“ Oi, Di mau kemana lu?” Kata Andik.
Aku hanya menunjuk ke arah toilet. Dan Andik mengangguk-ngangguk seolah  mengerti apa yang aku maksud sembari tertawa cekikikan.
Meski aku tidak tau apa yang ada di pikirannya, tapi itu bukan urusanku, karena meski dia sedikit Bengal tapi dia orang bukan orang yang suka menyebarkan aib orang. Eh maksudnya sih dia tidak suka menertawakan orang dibelakang.
Yasudahlah, yang penting sekarang aku pergi ke Toilet.
Bicara mengenai toilet, aku baru ingat kalau toilet laki-laki di sekolah di kenal angker. Seharusnya aku tadi meminta Andik untuk pergi menemaniku, Atau jangan-jangan dia sengaja membiarkan aku pergi ke toilet sendirian. Soalnya pas tadi aku menunjuk ke toilet dia ketawa cekikikan.
Cih, Gawat. Tapi aku harus pergi daripada nanti bocor pula, persetan dengan hantu yang penting aku lega.
Dan akhirnya aku pergi ke toilet laki-laki. Awalnya aku ragu untuk masuk tapi mau bagaimana lagi. Rasa takutku dikalahkan oleh rasa ‘itu’. Lalu aku masuk ke toilet.
Ketika aku masuk, waw gila toiletnya bersih. Berbeda dengan sekolahku yang sebelumnya toilet sekolahnya seprti kapal pecah berantakan bahkan air baknya aj udah tercampur. Eh lupa bilang kalau aku sebenarnya baru pertama kali makai toilet disekolah ini. Wajar saja aku baru tiga bulan sekolah disini.
Dasar, siapa yang bilang toilet sekolah ini angker. Padahal toiletnya seperti toilet hotel gini. Mungkin mereka menyebar rumor agar Toilet ini tetap bersih. Yah sudahlah masa bodoh dengan itu.
Usai ‘itu’ aku pergi membasuh tangan. Tiba-tiba aku mendengar ada suara seolah ada yang masuk. Jangan-jangan memang benar toilet ini angker.
Ah, Tidak mungkin, toilet sebersih ini mana ada Hantu yang mau nangkring disini.
Suara itu makin kencang, malah bertambah dengan suara seorang wanita yang seolah kesakitan. Apa-apaan ini kenapa hantu malah beraksi di siang hari!!!!!!! Aku harus kabur.
“hiks!....”
Gawat malah kedengaran lagi suara cewek nangis. Benar-benar ini seperti di film-film horor.
“hiks….hiks…..!”
Tapi suara ini tidak seperti suara yang kudengar dalam film horror, apa mungkin memang ada cewek yang nangis ya? Tapi kenapa di toilet cowok?
Karena penasaran aku pergi mengeceknya, keliatannya suarany berasal dari luar di samping toilet. Sambil bersiap-siap berlari kalau-kalau ternyata emamng benar Hantu aku berjalan perlahan kearah sumber suara.
Perlahan tapi pasti aku berjalan. Dan ternyata…….
Aku melihat seorang cewek yang sedang melihatnya tasnya kesangkut di atas pagar sambil menangis.
“Eh, Anu kenapa kamu menangi…….. eh.......... Rika!!!!!!“ kataku sembari terkejut.
Aku melihat Rika sedang menangis dan sepertinya dia menangis karena tasnya tidak bisa diambil.
Dia melihat kearahku lalu berkata
“ Di, hiks…. Tolong hiks…ambil tasku!.”
“Ha?”
“Tas….hiks….tasku” Kata Rika
Oy, kenapa bisa Rika yang terkenal sadis dan kejam itu bisa menangis seperti anak kecil. Dan yang lebih penting lagi kenapa bisa tasnya tersangkut disana.
“Anu, Rika ..... kenapa tas kamu bisa tersangkut disana“ Kataku.
Suara tangisan Rika berhenti, lalu dia berbalik kearahku sambil berkata
“Udah, jangan banyak tanya, cepat ambil sana tasku” Dengan nada marah-marah..
“Ba…baik….”
Aku lalu berusaha mengambil tasnya Rika. Tapi tidak mungkin aku bisa mengambilnya. Karena pagar sekolah itu tingginya kira-kira 2,5 Meter lebih.
Bagaiman cara ngambilnya ya? Tidak mungkin bisa aku mengambilnya well kalau aku melompat takutnya bakalan robek tasnya.
Hmm… mungkin aku suruh aja ya Rika naik ke pundakku lalu ngambil tasnya sendiri, tapi yang jadi masalahnya apa dia mau naik ke pundakku terus ngambil. Bisa-bisa aku dibunuh lagi.
‘Ey, lu niat nolong ga sih, Di?” Kata Rika
“Eh Iya, tunggu bentar aku lagi mikir gimana caranya“ Kataku sambil memikirkan cara lain untuk mendapatkan tasnya.
Tapi, sekeras apapun aku berpikir tetap saja tidak adalagi cara yang bisa kupikirkan selain itu. Mungkin aku harus katakan saja ini pada dia, kalau dia tidak mau berarti aku bebas, itu saja.
“Anu, Rika ….. Bagaimana kalau begini… “ kataku
“Apa?” Jawab Rika dengan nada agak tinggi.
Aku semakin ragu untuk mengatakannya tapi aku harus mengatakannya, daripada nati malah kelamaan aku tertahan disini.
“Anu Jadi begini, bagaimana kalau kamu naik ke pundakku terua, kamu yang ngambil tasnya“ kataku dengan agak terbata-bata.
Lalu Rika menendangku seraya berkata
“ Dasar, mesum!!!! Apa lu kira gw bakalan mau ha!!!!“
Aku terjatuh, Ah bodohnya aku kenapa juga aku mengatakan hal itu pada macan seperti dia. Tapi setidaknya aku bisa lepas dari ‘Situasi‘ ini
Aku langsung bangun sambil berkata
“ Ah Maaf hanya itu cara yang terpikir olehku...... kalau kamu tidak mau, baiklah aku gak mau maksa. Kalau gitu aku pamit dulu ya ”
Yes.!!!!!!, teriak ku dalam hati. Aku akhrinya terbebas dari ‘Mad Situation‘ ini. Yah meski dengan handicap yang cukup tinggi, kena tendangan mautnya Rika, tapi tidak apa-apalah akhirnya aku lepas juga.
Baiklah sekarang waktunya menuju ke kelas.
“ Tunggu!!!“ Kata Rika
Eh.......? Kenapa dia malah nyuruh nunggu ya?
“ Di, Apa benar cuman itu car ayang terpikir oleh lu? “ tanya Rika.
Eh.... Aku jawab apa ya? Ah... bilang aja iya. Toh emang itu yang terpikir olehku.
“ Iya, Cuman itu yang kepikiran ama aku ” Jawabku.
Tampaknya Rika belum puas dan dia menanyaku lagi, dan kali ini dia menatapku dengan tatapan tajam.
“Lu beneran gak bohongkan, gak ada maksud lain kan dari ide yang lu pikirin ‘kan?” Kata Rika.
Aku terdiam sejenak karena gak gugup dilihat dengan tatapn mata yang seperti itu, lalu kemudian aku menghela nafas, lalu menjawabnya.
“ Iya, Benar Cuman itu yang terpikir Olehku.”
Sekarang giliran Rika yang terdiam. Setelah agak lama baru dia berbicara
“Ba....Baiklah, Kita pakai cara itu “ Kata Rika dengan wajah yang agak merah.
Apa-apaan ini, tadi dia dengan terang menolak bahkan sambil nendang orang, tapi sekarang malah menyuruh untuk melakukannya.
“Ta... Tapi kalau sampai kamu melakukan hal yang aneh-aneh, aku gak akan segan-segan membuat kamu merasakan neraka!!“ Kata Rika
Benar-benar dah aku gak ngerti jalan pikiran wanita. Kalau dipikir pas aku ditolak di Kafe dia juga emang susah ditebak, padahal aku kira udah waktunya yang tepat untuk ngungkapin ke dia, ternyata malah sebaliknya. Dia marah terus meninju dan menendangku.
“ Oi kenapa diam aja, ayo cepat “ Kata rika sambil marah-marah.
“ Ah, baik-baik....“ ujarku.
Aku langsung bergerak menuju ke arah dia, meski terpaksa tapi daripada kena Bogem mentah lagi mending kesana.
“ Awas ya!!! Jangan sampai lu berbuat macam-macam “ Kata Rika
Siapa juga yang mau macam-macam sama macan aku langsung merespon dengan nada agak kesal.
“ Iya, Iya !!!“
Tiba-tiba aku kena pukul.
“ Kenapa aku di pukul?!! “ kataku
“ Ucapan lu membuat gue kesal!! “ Katanya sambil marah-marah.
Argh… Masa bodohla yang penting aku harus bantu dia ngambil tas itu saja. Lalu, aku
pergi dari sini dan tidak akan lagi berurusan dengan dia.
Aku pun jongkok dan menyuruh dia untuk segera naik kepundakku.
“ Baiklah, Ayo cepat naik, nanti keburu masuk“ kataku.
Rika lalu naik ke pundakku, kemudian aku langsung berdiri.
Astaga berat banget, apa benar dia ini cewek. Ah benar – benar berat banget.....
“ Kenapa, gak kuat ngangkat cewek lu Di, Dasar lemah lu!! “ Ejek Rika.
Dasar ini orang memang benar-benar dah tadi nangis-nangis minta tolong ngambilin tas, dikasih ide malah marah-marah sambil ninju roang eh, sekarang malah ngejek orang yang udah mau bantuin. Aku gak bakalan mau dikalahin sama cewek yang satu ini.
“ Haha, jangan bercanda ini sih enteng dibandingin dengan barang lain “ Baslasku.
“ Alah, jangan sok kuat lu Di, emangnya dibandingin barang apa Wa lebih enteng “ Kata Rika dengan anda mengangap remeh.
“ Ambil aja dulu tasmu, nanti baru aku kasih tau jawabannya. “ Ujarku
“ Huh.... okelah.....“ Kata Rika
Rika pun mengambil tasnya, Rencananya berjalan dengan lancar, rika bisa mengambil tasnya. Kemudian ia menyandangnya tepat pada saat aku masih menggendongnya.
“ Jadi Di dibandingin apa aku beratnya “ Kata Rika
Sebenarnya aku Cuma bohong sama dia, tapi daripada dianggap remeh lagi mending aku bohongi aja dia.
“ Dibandingin karung semen 75 kg,kamu masih mendingan 2 kilo dibandingin itu, hahahahaha..... “ Balasku sambil tertawa terbahak-bahak
Dan lagi-lagi aku akhirnya dipukul, kali ini aku sih tau penyebabnya. Mungkin dia marah karena aku secara tidak langsung mengejek kalu dia berat 73 kg , mana ada cewek yang mau dibilang berat.
“ Hmm... entah kenapa tadi ini tangan refleks ajya, teehee“ Kata Rika sambil senyum sinis.
Setelah dia berbicara aku langsung menurunkannya.
“ Baiklah,sekarang pekerjaanku sudah selesai kan? Aku mau balik dulu “
“ Pergi sana!!! “
Sebenarnya aku mau protes terhadap perilakunya pada orang yang sudah mau menolongnya, tapi biar sajalah yang penting aku udah lepas dari ‘skema Rantai belenggu‘ ini. Lantas aku segera pergi dari tempat itu.
“ Tunggu!!“ Kata rika
“ Apalagi sih? “ Spontan ucapku , karena aku sangat kesal
“ Huh, Gajadi, pergi aja sana!! Hush !!! “ Ujar Rika dengan nada kesal juga.
Aku segera pergi dari sana. Terdengar agak samar-samar suara ucpan terimakasih.
Hmmm….. Oh jadi dia ingin mengtakan terimakasih tadi itu, meski aku merasa sedikit bersalah, tapi aku tidak mengacuhkannya dan pergi ke kelas.
Entah kenapa wajah Rika ketika menangis jad terngiang-terngiang di benakku. Lucu juga ya seorang yang kuat macam dia juga adalah seorang penangis, tapi dia emamng cantik, di saat dia anngis dia masih tetap terlihat anggun. Dadaku berdebar-debar ketika memikirkannya, ah… ada apa ini kenapa aku malah jadi suka sama dia. Tapi kalaupun aku suka sama dia, itu mungkin hanya akan jadi cinta yang bertepuk sebelah tangan. Toh, dia kemarin udah menolakku, meski waktu itu aku juga nembak dia karena terpaksa. Aku segera emmebuang jauh-jauh pikiranku mengenai Rika.
Waktu berjalan menuju kearah kelas, aku malah nabrak seseorang. Gara-gara melamun tadi malah nabrak.
“ Maaf Kamu tidak apa-apa?  “ Ujarku sambil menolong dia berdiri.
“ Ah, tidak apa-apa maaf tadi saya jalan juga melamun ” Ujar dia.
Aku baru sadar tenyata orang yang kutabrak itu adalah Anak Pindahan tadi pagi, ynag namanya kalau gak salah Ayu apalah. Hmmm memang tidak salah lagi dari gaya bahasanya bicara dan juga wajahnya yang emang gak kalah cantik ama Rika, tapi sepertinya dia orangnya gak lemah lembut.
Hm..... Mungkin ini kesempatanku untukberkenalan dengannya, welll lucky juga aku kali ini.
“ Ah Kamu, yang tadi pagi ya, dikenalin sama Buk bet kan ? 
“ Eh, iya, Saya murid pindahan. “
‘’ Wah, maaf ya sampai buat hari pertama kamu buruk gara-gara tabrakan tadi“
“Eh tidak apa-apa, justru saya yang harusnya minta maaf, karena tidak lihat-lihat tadi ketika jalan“
Wew…… Emang beda sekali yang satu ini, sudah cantik, baik santun lagi. Tipe wanita idaman pria sejati ini. Aku rasa aku bisa dekat dengan dia, mungkin udah saatnya aku coba sesekali untuk sok modus.
“ Hahaha, oke kenalin nama Aku Adi Edwika, Aku sekelas ama kamu, Kamu bisa manggil aku dnegn Nama Adi“ Jawabku dengan tingkah laku agak sok Modus.
“ Perkenalkan juga nama Saya Ayu Natasya, Mohon bantuannya ya Adi.“ Jawab dia.
Yes…. Pertama kali aku sukses mengenalkan diri ke cewek, bahagianya gak ketulungan. Haha mungkin ini karena dia orangnya ramah dan sopan, aku segera meresponnya.
“ Eh, boleh nanya? Kalau aku manggilakmu apa ya? “
Diam terdiam sebentar, wajahnya gak memerah. Hmmm… Mungkin dia agak malu kalau dekat sama cowok.tapi dia kemudian menjawbnya.
“ Ka…Kamu boleh memanggil saya dnegan nama Tasya saja…“ Jawabnya.
“ Oke, Tasya kalau gitu sekali lagi maaf, ya udah nabrak kamu. “
“ Iya, Tidak Apa-apa“
“ Kalau begitu Aku pergi dulu ya“
“ Iya, terimakasih ya Adi “
“ Hahaha…. Iya sama-sama“
Aku segera pergi dari sana menuju kelas, aku senyum cekikian sepanjang jalan, hatiku benar-benar senang. Tidak bisa kuungkapakan betapa senangya diriku saat itu.
Bel masuk pun berbunyi, tapi aku masih penasaran kenapa Rika, harus manjat pagar ya?
Oh, iya dia kan telat makanya, dia manjat pagar ya...
Tunggu dulu, dia telat makanya manjat pagar
Eh, Bukannya memanjat pagar merupakan pelanggaran aturan sekolah ya....
Waduh gawat nih, aku harus kadukan pada guru...
Tiba-tiba ada yang memegang bajuku ketika aku mau pergi ke kantor
“ Eh, Adi kebetulan sekali kamu mau ke kantor guru ya? Ng... kamu ngapain ya kesana “
Dari suaranya sudah jelas siapa orangnya, ya Rika. Gawat nih sepertinya dia udah tau aku baklan ngadu.
“ Haha, ada..... ada..... ada yang mau diambil disana“
“ Oh, ada yang mau diambil disan ya, “ Ujar Rika dengan wajah sinis.
“ Aku rasa kamu tau Ya Adi, Apa jadinya kalau kamu melakukan hal yang ‘gegabah‘ bukan? “ Lanjut Rika.
“ Aahahahaha... Aku... Aku tidak mengerti dengan ucapanmu.... “ Ujarku sambil gemetar.
“ Kalau sampai ada yang tau dan bilang kalau aku manjat pagar untuk masuk, kamu tau kan apa yang terjadi “ kata rika dnegan nada mengancam.
“ hahahahahha..... baik aku tidak akan mengatakannya “
 “ Bagus kalau begitu ayo kita masuk “ kata rika
Koweiiiii.... eh maksudnya menakutkan.... Gila ini merupakan intimidasi, cewek ini emang mengerikan, bisa gawat dah kalu sampai aku bikin masalah dengannya, argh......

bersambung ke cerita selanjutnya......